A. Pengertian atau Definisi Psikologi
Pendidikan
Psikologi Pendidikan terdiri dari dua kata, yaitu psikologi dan
pendidikan. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku sebagai
manifestasi kejiwaan. Pendidikan didefinisikan sebagai usaha manusia untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki. Di dalam proses mendidik ada pengajaran dan
pembelajaran. Pengajaran merupakan transfer pengetahuan dan keterampilan
sedangkan pembelajaran lebih pada metode dalam upaya mencapai tujuan dari
pengajaran. Dengan demikian bisa dipahami bahwa psikologi pendidikan adalah cabang
dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan
pembelajaran dalam lingkup pendidikan. Kemunculan dari psikologi pendidikan
karena adanya “interaksi” ilmu psikologi dengan ilmu pendidikan.
B. Sejarah Psikologi Pendidikan
Psikologi Pendidikan memiliki perjalanan yang panjang hingga bisa
seperti sekarang. Ada sejumlah tokoh yang dipandang sebagai perintis cabang
ilmu psikologi tersebut:
1. William James (1842-1910)
William James selain dikenal sebagai tokoh dalam psikologi agama,
ia juga dianggap memiliki kontribusi lahirnya psikologi pendidikan. Tokoh yang
dikenal dengan bukunya “The Varietis of Religion Experience” tersebut pada
masa-masa awal pernah memberikan serangkaian kuliah yang ia beri judul “Talks
to Teacher”. Di dalam kuliah tersebut, ia memaparkan tentang aplikasi ilmu
psikologi dalam membantu proses belajar mengajar. Ia menjelaskan tentang cara
mengajar yang efektif di kelas. Selain itu, ia juga mendorong akan psikologi
bisa mempelajari proses yang terjadi di kelas sehingga bisa memberikan
peningkatan kualitas pengajaran.
2. John Dewey (1859-1952)
John Dewey merupakan orang pertama yang mendirikan laboratorium
psikologi pendidikan, yaitu tahun 1894 di Chicago, Amerika. Ia juga banyak
melakukan kajian serta aplikasi ilmu psikologi dalam bidang pendidikan. John
Dewey berpandangan bahwa; 1) Pembelajaran akan efektif jika memungkinkan anak
untuk bisa aktif terlibat dalam pembelajaran. Tampak bahwa ia memandang anak
bukanlah objek pembelajaran tetapi subjek dari pembelajaran. Guru berperan
sebagai fasilitator atau mediator. 2)
Tujuan pembelajaran adalah menjadikan anak mampu beradaptasi dengan
lingkungan. Olehkarena itu, pembelajaran akademik saja menurutnya tidaklah
cukup. Perlu adanya pembelajaran yang melatih anak memecahkan permasalahan di
lingkungannya. 3) Hak pendidikan merupakan hak bagi seluruh anak. Ia memberikan
perhatian pada pentingnya setiap anak memperoleh pendidikan yang baik tanpa
harus memandang latar belakangnya.
3. E.L. Thorndike (18744-1949)
Thorndike dikenal sebagai tokoh yang sangat serius dalam
memperjuangkan psikologi pendidikan. Hal tersebut terbukti dengan
kajian-kajiannya dalam upaya agar psikologi pendidikan memiliki basis ilmiah.
Ia melakukan eksperimen-eksperimen untuk membangun dasar teori psikologi. Ia
berpandangan bahwa hal penting yang perlu diajarkan pada anak adalah tentang
penalaran.
4. B.F. Skinner
Ide-ide dari Thorndike terutama eksperimennya banyak menginspirasi
Skinner. Sebagai seorang behavioris, ia memberikan penekanan bahwa pembelajaran
adalah proses dalam upaya untuk melakukan perubahan perilaku. Psikologi
pendidikan ia anggap haruslah mendasarkan pada perilaku yang bisa diamati dan
diukur. Untuk menjadikan murid berhasil mempelajari sesuatu, perlu dilakukan
pemberian reinforcement.
5. Benjamin Bloom
Ia tidak seperti Skinner yang seolah individu “pasif” dalam
pembelajaran karena bergerak dikondisikan oleh adanya reinforcement. Bloom memberikan perhatian pada perkembangan
pembelajaran secara kognitif yang kemudian ia tuangkan dalam taksonomi.
Taksonomi Bloom berisi tingkatan pembelajaran; mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi. Dari pandangan Bloom tersebut tampak jelas bahwa ia termasuk dalam aliran
psikologi kognitif. Ia memberikan perhatian penting belajar sebagai proses
mental.
C. Teori Belajar dalam Psikologi
Pendidikan
Ada banyak teori tentang belajar dalam psikologi pendidikan.
Berikut sejumlah teori yang dijadikan landasan dalam pembelajaran:
Aliran Psikologi Behaviorisme
1. Classical Conditioning
Teori ini dicetuskan oleh Ivan Petrovic Pavlov (1849-1936) yang
merupakan seorang ilmuan psikologi dari Rusia. Ia melakukan eksperimen terhadap
anjing untuk mengetahui proses belajar. Ia menggunakan anjing sebagai objek
eksperimennya. Ia mengukur jumlah saliva anjing ketika diberikan makanan.
Saliva yang keluar ketika anjing diberikan makanan disebut sebagai unconditioned response dan bukan
merupakan hasil pembelajaran. Untuk mengetahui hasil pembelajaran, ia
menghadirkan stimulus lain berupa bunyi lonceng berbarengan ketika anjing
diberikan makanan. Lonceng yang dihadirkan sebagai stimulus tersebut disebut
sebagai conditioned stimulus. Beberapa
kali. Apa yang ia lakukan disebut trail.
Setelah dilakukan hingga 12 kali, anjing sudah mengeluarkan saliva sekalipun
makanan belum datang. Hal tersebut diistilahkan dengan conditioned response. Di sinilah Pavlov meyakini bahwa anjing
belajar sudah belajar dalam percobaan tersebut dengan membuat hubungan antara
bunyi lonceng dengan makanan. Kehadiran makanan setelah bunyi lonceng berubah
perannya menjadi reinforcment bagi
anjing.
Classical conditioning banyak diaplikasikan dalam pembelajaran. Apa
yang dilakukan oleh Pavlov sebenarnya terjadi juga dalam keseharian kita.
Misalnya kita menghubungkan antara bunyi kenthongan dengan datangnya nasi
goreng saat perut lapar di malam hari. Awalnya mungkin kita melihat tukang nasi
goreng mendorong gerobaknya dan kita membeli nasi goreng. Di kesempatan yang
lain, kita mendengar suara kenthongan dan ternyata penjual nasi goreng. Sampai
akhirnya tampa melihat, masih di dalam rumah, mendengar kenthongan sudah begitu
yakin bahwa penjual nasi goreng lewat. Itulah classical conditioning.
2. Operant Conditioning
a. B.F Skinner
Operant conditioning tidaklah sama seperti classical conditioning. Jika dalam classical conditioning tampak seolah individu pasif (dikondisikan)
maka operant conditioning meyakini
bahwa individu itu aktif dalam menentukan perilakukanya. Hal yang menentukan
perilaku adalah konsekuensi atas perilaku yang dilakukan. Operant conditioning dikemukan oleh B.F Skinner melalui
percobaannya terhadap tikus yang diletakkan dalam sebuah box. Box tersebut sudah didesain sedemikian rupa bahwa ada tombol
yang jika dipencet akan muncul makanan. Di sisi lain, tikus yang digunakan
untuk eksperimen sudah dibuat lapar sebelum dimasukkan ke dalam box. Tikus yang lapar berusaha untuk
mencari makanan. Setelah serangkaian perilaku, tikus menekan tombol dan
munculah makanan. Kecepatan dalam menemukan tombol dan intensitas menekan
tombol naik. Apa yang dilakukan oleh tikus tersebut diistilahkan dengan operant response dan tikus belajar. Aplikasinya
dalam pembelajaran berupa pemberian penguatan perilaku pada individu untuk
meningkatkan perilaku yang diinginkan.
b. E.L. Thorndike
Operant conditioning sebenarnya juga dicetuskan oleh Thorndike
melalui eksperimennya terhadap kucing yang dimasukkan ke dalam box. Kunci sudah dilaparkan sebelum
dimasukkan. Jika kucing menemukan tombol untuk membuka pintu dan pintu terbuka,
maka kucing akan menemukan makanan. Kucing semakin cepat menemukan tombol untuk
keluar. Di sinilah kucing belajar. Dari percobaan ini, Thordike merumuskan 3
hukum tentang belajar: 1) Law of Effect
bahwa perilaku akan menguat jika memberikan efek positif bagi individu dan
sebaliknya perilaku akan melemah jika efek yang dihasilkan negatif. 2) Law of Exercise bahwa pengulangan
perilaku atau latihan akan menjadikan individu menguasai suatu keterampilan. 3)
Law of Readiness bahwa kesiapan akan
menentukan keberhasilan pembelajaran.
3. Observational Learning
Individu belajar dari mengamati lingkungan sekitarnya. Dalam
konsep ini ada dua pembelajaran, yaitu imitasi dan modelling. Imitasi berarti
menirukan sebagaimana yang dilihat atau yang didengarkan sedangkan modelling secara sederhana mencontoh
tetapi ada proses pengolahan secara mental. Tokoh psikologi dengan konsep observational learning adalah Bandura. Konsep
observational learning dalam
aplikasinya banyak digunakan untuk menjelaskan tentang perilaku agresi terutama
pada anak-anak. Dari melihat tayangan-tayangan kekerasan, seorang anak belajar
melakukan agresi. Olehkarena itulah, teori observational
learning banyak memberikan masukan tentang tayangan-tayangan yang sehat
terutama untuk anak.
Aliran Psikologi Kognitif
1. Teori Insight
Teori insight dicetuskan
oleh Wolfgang Kohler dengan eksperimennya yang terkenal. Ia menempatkan seekor
simpanse dalam sebuah ruangan yang di bagian atas digantung buah pisang, ada
kotak kayu yang diletakkan secara acak di dalam ruangan. Simpanse berusaha
untuk mengambil buah pisang yang tergantung dengan beragam cara sampai akhirnya
ia menumpuk kotak kayu dan naik di atasnya sehingga berhasil meraih pisang yang
tergantung. Loncatan ide yang dialami simpanse tersebut dinamakan insight. Adanya insight menunjukkan bahwa simpanse itu belajar.
2. Teori Sign Learning
Teori sign learning
dicetuskan oleh Edward C. Tolman. Ia berkeyakinan bahwa setiap individu
memiliki ingatan, pengetahuan, pengalaman yang tersusun dalam struktur
kognitifnya. Hal demikian disebut dengan peta
kognitif. Dengan peta kognitif yang dimiliki seseorang akan mempelajari
tanda-tanda di sekitarnya dan mencocokkan dengan peta kognitifnya. Sebagai
gambaran sebagaimana eksperimen yang dilakukan Tolman pada seekor tikus yang
dimasukkan ke dalam sebuah maze. Tikus
lebih dari sekedar belok kanan dan kiri tetapi tikus tersebut belajar dari
tanda-tanda yang ada dan mencocokkan dengan peta kognitifnya sampai kemudian
tikus tersebut menemukan jalan keluar dari maze. Selain sign learning, Tolman juga menganggap pentingnya “harapan” dalam
pembelajaran. Tikus berlari dengan kencang di dalam maze karena di luar maze tikus
tersebut mendapatkan makanan. Aplikasi dari teori ini berupa pembelajaran
dengan memberikan peta pikiran tentang materi pembelajaran sehingga akan menguatkan
peta kognitif dalam diri siswa. Selain itu juga menyadarkan hal penting yang
didapatkan jika belajar giat karena akan membangun harapan dan menguatkan
perilaku.
D. Materi Kuliah Psikologi
Pendidikan
Psikologi Pendidikan merupakan cabang ilmu psikologi yang tidak
hanya menjadi mata kuliah wajib bagi mahasiswa jurusan Psikologi. Psikologi
Pendidikan juga menjadi mata kuliah wajib bagi jurusan pendidikan atau
keguruan. Materinya relatif sama tetapi kedalamannya yang berbeda. Buku yang
biasa menjadi rujukan kuliah psikologi pendidikan misalnya Psikologi Pendidikan
yang ditulis oleh John W. Santrock, seorang pengajar di Universitas Texas. Buku
tersebut bagus dan wajib dimiliki siapa saja yang suka dengan psikologi. Jika
menginginkan bisa pesan di klik Psikologi Pendidikan. (Info buku: 250rb, 750 hlm)
Materi-materi yang di dalam buku Psikologi Pendidikan John W.
Santrock antara lain; Pengertian Psikologi Pendidikan, Perkembangan Kognitif
dan Bahasa, Konteks Sosial dan Perkembangan Sosioemosional, Variasi Individual,
Diversitas Sosiokultural, Anak Berkebutuhan Khusus, Pendekatan Behavioral dan
Kognitif Sosial, Pendekatan Pemorosesan, Proses Kognitif Kompleks, Pendekatan
Konstruktivis Sosial, Pembelajaran dan Kognisi di Area Isi, Perencanaan dan
Instruksi serta Teknologi, Motivasi dan Pengajaran serta Pembelajaran,
Pengelolaan Kelas, Tes Standar dan Pengajaran, Penilaian Kelas. Masing-masing
bab dikemas secara menarik diawali dengan garis besar isi bab, tujuan bab, teaching story, materi, note/ringkasan/review sub bab, dan kata
kunci atau istilah-istilah penting dalam tiap babnya. Walaupun sejumlah jurusan
mungkin tidak memberikan keseleruhan materi tersebut tetapi umumnya sebagian
besar materi kuliah Psikologi Pendidikan diambil dari buku Psikologi Pendidikan
dari John W. Santrock.
Demikianlah pembahasan tentang Psikologi Pendidikan. Dari uraian
di atas dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, bahwa psikologi pendidikan
adalah psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang
mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkup
pendidikan. Kedua, sejarah kehadiran psikologi pendidikan tidak bisa lepas dari
pandangan-pandangan dari William James, John Dewey, BF Skinner, EL Thorndike,
dan Benjamin Bloom. Ketiga, teori belajar dalam psikologi pendidikan secara
garis besar dicetuskan oleh tokoh psikologi behavioreisme (Pavlov, Bandura,
Skinner, Thorndike) dan psikologi kognitif (Wolfgang Kohler dan Edward C.
Tolman). Teori-teorinya meliputi classical
conditioning, operant conditioning, observational learning, dan teori insight serta sign learning. Semoga bermanfaat.