Menikah adalah sebuah fitrah. Selain memenuhi kebutuhan biologis,
ada pula kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual dalam menikah. Kebutuhan
biologis untuk meneruskan keturunan, kebutuhan psikologis berupa ketenangan
batin, kebutuhan sosial sebagai makhluk sosial, dan kebutuhan spiritual karena
menikah bagian dari ibadah. Kapan tandanya seseorang ingin menikah? Perlu
kiranya menyelami sisi terdalam dari hatinya. Inilah yang biasa dirasakan ketika
hati rindu menikah:
Saat kamu
merasa bahwa visi besar dalam hidupmu tidak bisa dicapai sendirian. Ada
perasaan butuh lebih dari sekedar teman.
Dalam kehidupan ini, masing-masing orang memiliki angan-angan atau
impian. Walaupun lahir sendirian ke dunia tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa
manusia tidak bisa hidup sendiri. Pada awalnya, keluarga yang mencurahkan cinta
padanya, beranjak besar seseorang membutuhkan teman sampai akhirnya dia
menyadari bahwa tidak semua hal bisa diceritakan dan dibagi dengan teman. Butuh
lebih dari seorang teman atau sahabat, yaitu pasangan hidup. Dengan pasangan
hidupnya masing-masing saling menguatkan, bahu membahu, saling menyemangati
guna mencapai impian besar dalam kehidupan. Bahagia di dunia juga di akhirat.
Jika seseorang merasa butuh lebih dari seorang teman, patut dipahami barangkali
itulah bisikan hati yang rindu ingin menikah.
Saat biasa
mengurusi undangan pernikahan teman dan hadir pada pesta pernikahannya, dalam
hati berkata, “Kapan ya, giliranku seperti dia?”
Mendapati kabar bahagia dari teman tentulah ikut senang. Jika
berulang kali mendapati kabar dari teman, saudara, kenalan tentunya ada
perasaan ingin mendapatkan apa yang mereka sudah dapatkan termasuk juga
menikah. Biasa mengurusi undangan teman dan menghadiri pesta pernikahan, apa
tidak ingin jika pada waktunya nanti juga menikah? Pastinya bagi orang yang
normal ada keinginan untuk menikah. Hanya perihal waktu, kalau jodoh pasti
bertemu.
Saat diri
sudah bisa memahami dan menerima perbedaan serta bisa menemukan persamaan dalam
perbedaan. Itulah modal dalam berumah tangga.
Tidak ada dua orang yang sama persis di dunia ini sekalipun kembar
siam. Pastilah ada sesuatu yang unik dari masing-masing. Demikian juga ketika
mencari pasangan hidup bahwa tidak akan mungkin menemukan orang yang
benar-benar sesuai dengan keinginan. Pastilah hal yang tidak sesuai harapan dan
perbedaan itu ada untuk diterima. Lagipula, tidak semua yang berbeda itu
bertentangan. Ada yang saling melengkapi, saling menguatkan, dan saling
menghebatkan. Ketika seseorang sudah bisa memahami dan menerima perbedaan, maka
tengoklah ke dalam hati, adakah keinginan hati untuk menikah. Karena itu adalah
modal dalam berumah tangga.
Sudah lulus
kuliah, punya pekerjaan, berpenghasilan, usia sudah cukup matang. Tidakkah hati
rindu menikah?
Target lulus kuliah sudah tercapai, pekerjaan sudah punya, gaji
juga ada, usia sudah semakin bertambah, pastinya akan ada orang yang bertanya, “Sudah punya calon belum?” atau “Kapan nikahnya?” Sekali atau dua kali
ditanya, bisa saja menghindar tapi kalau berkali-kali ditanya, hanya bukti yang
bisa menjawab. Setidaknya kalau ada orang yang bertanya demikian, itu artinya
mereka peduli dan mereka menganggap memang sudah tiba waktunya untuk menikah.
Lebih-lebih kalau yang meminta itu orangtua terutama itu, “Ibu sudah pengen menggendong cucu”. Setelah lulus, bekerja,
selanjutnya adalah menikah sebagai bentuk bakti anak pada orangtua karena
setiap orangtua pastinya menginginkan anaknya menikah dan hidup bahagia. Walaupun
demikian, keputusan menikah ada pada masing-masing orang karena dia bersama
pasangannya yang akan menjalani. Tidakkah hati rindu menikah?
Ketika hati rindu menikah dan sudah meniatkan diri. Pahamilah yangbisa menjadi kendalanya. Ketahui juga solusi yang bisa mengatasinya. Semoga
dalam kemudahan dan kebahagiaan.