Dari berbagai teknik terapi telah dipelajari,
sekian pengobatan di jalani, buku motivasi sampai bosen hati, apalagi training
motivasi seraya tidak mempan lagi. Ditambah dengan adanya kabar jika sumber
masalah ternyata sulit dicari karena pandai menyerupai. Anda mengalami sebagian
besar hal yang demikian? Apa yang anda lakukan? Cobalah ingat sebentar,
benarkah kata-kata yang kemudian sering dikeluarkan bernada keluhan, curhat
tetapi lebih bersifat pelampiasan, dan inginnya didengarkan? Rasanya sudah
tidak ada gunanya minta saran karena ujung-ujungnya diminta bersabar atau
mungkin semua sarannya sudah pernah anda dapatkan dan anda paham benar saran
itu?
Semua orang tentunya pernah mengungkapkan keluhan pada
orang lain. Pertanyaannya, “Pernahkah belum sempat anda menceritakan semua
permasalahan tetapi teman anda memberikan seabreg ceramah?” Dan anda
merasa tidak puas padahal anda sebenarnya hanya ingin didengarkan. Pernah
mengalami hal demikian?
Perlu dipahami memang, ketidaknyamanan seseorang yang
dijadikan ‘tempat sampah’ masalah. Setiap orang tentunya punya masalah, kasihan
jika dia dijadikan tempat penampung masalah (curhat negatif). Walaupun hanya
mendengarkan cerita tetapi biasanya mereka yang menjadi tempat curhat negatif,
suasana hati mereka menjadi sedih. Mungkin anda ingat, pagi-pagi bangun dalam
kondisi fresh tetapi teman anda bercurhat negatif lewat telpon. Suasana
hati anda hari itu entah mengapa menjadi sedih juga. Bahkan, ada saja kejadian
yang menguatkan kesedihan tersebut. Pernah mengalaminya?
Sudah saatnya curhatan-curhatan yang negatif diubah
dengan curhatan positif, bercerita tentang kebahagiaan-kebahagiaan yang
didapatkan. Sebagaimana orang pahami tentang tiga daya dorong perilaku yaitu
ketakutan, kesenangan, dan cinta. Banyak keluhan dan perasaan sedih (kecewa,
takut, marah, stress) hanya akan menyebabkan memendek, menciut, dan mengerutnya
DNA. Sedangkan bercerita tentang cinta, perasaan bahagia, penghargaan akan
menjadikan benang DNA saling membukan dan memanjang. Pandangan tersebut
merupakan hasil penelitian Glen Rein dan Rollin McCraty, ilmuan HeartMath
Institute tahun 1992-1995.
Dalam dunia psikologi, Overmier dan
Seligman (1967) mengembangkan
konsep ‘ketidakberdayaan yang dipelajari.’ Penelitian tetang kejutan listrik
terhadap anjing mengispirasi konsep
ketidakberdayaan yang dipelajari. Seekor anjing ditaruh didalam sebuah box
kemudian setiap kali anjing melakukan sesuatu maka dengan segera kejutan
listrik bekerja. Bisa dibilang, tidak ada kesempatan bagi anjing untuk tidak
terkena kejutan. Anjing tersebut hanya diam tak melakukan apa-apa walaupun
kemudian sudah dipindahkan ke box berbeda. Dia seolah-olah sudah kehilangan minat dan merasa putus asa. Dengan
demikian, diperkirakan bahwa ketidakberdayaan yang dialami anjing merupakan
hasil dari pembelajaran.
Terlalu ekstrim memang jika menyederhanakan konsep
kemanusiaan dari penelitian binatang. Namun setidaknya, kita bisa mengambil
pembelajaran bahwa semakin seseorang menghayati kesedihan maka semakin dia akan
merasa sedih, tidak berdaya, dan putus asa. Banyak pula orang-orang yang kita
temui misalnya seorang pasien yang difonis sakit parah menjadi semakin parah
walaupun dirawat intensif di rumah sakit. Sebabnya, banyak cerita-cerita
negatif yang mereka dengar, peristiwa-peristiwa akhir mengenaskan teman satu
rumah sakit yang dilihatnya. Anda bisa bayangkan sendiri ketika ada seseorang
yang sakit kemudian orang-orang yang menjenguk bercerita tentang kematian
pasien yang penyakitnya sama dengan dia. Apa yang kira-kira terjadi dengannya?
Semakin sehat atau malah sock?
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya),
jika kamu orang-orang yang beriman (QS Ali
'Imran: 139).
Hampir setiap orang pernah mendapati dirinya dalam
keluhan. Wajar memang karena ada kalanya masalah yang seseorang terima melebihi
kapasitas dirinya. Namun demikian, sebagaimana dipahami bahwa semakin
mengeluhkan malah menjadikan parahnya keadaan. Cobalah untuk mengingat kembali
keluhan-keluhan yang pernah anda alami, reaksi yang pernah anda lakukan, dan
bagaimana dampaknya. Anda butuh teknik yang bisa atasi permasalahan, bukan sekedar mengurangi keluhan.
Keluhan yang Pernah Anda Alami
|
Respon Anda (Kata-kata, Sikap, Perilaku)
|
Dampak dari Respon Tersebut
|