Bullying sudah menjadi istilah yang umum didengar oleh masyarakat. Ada yang menterjemahkan bullying dengan istilah perundungan, ada juga yang menyebut penindasan. Bullying memang berhubungan dengan tindakan kekerasan bisa bersifat mengancam, memaksa, mengintimidasi orang lain. Ada pihak yang superior dan ada pihak yang ditindas. Berikut ini sejumlah fakta mengejutkan tentang bullying:
1. Anak Sekolah Dasar Melakukan Bullying
Pada
kenyataannya, anak usia sekolah dasar ternyata melakukan bullying. Bentuk tindakan bullying
yang dilakukan antara lain; fisik, psikologis, dan verbal. Secara fisik
mereka menjegal temannya, menjambak rambut temannya, menendang, dan memukul
temannya. Bentuk bullying secara
psikologis berupa membuat temannya seolah-olah salah, hina, dan kotor. Secara
verbal, mereka melakukan bullying dengan
berkata kasar, memaki, berkata jorok pada temannya, mengancam juga mengejek. Hal
tersebut tentu membuat miris banyak pihak terutama orangtua dan sekolah.
2. Korban Bullying
Bisa Berubah Menjadi Pelaku Bullying
Sekitar 37,55%
siswa SD yang yang menjadi subjek penelitian menunjukkan adanya korban bullying. Dari korban tersebut, ada 42,5
% diantaranya mengalami bullying secara
fisik dan 34,06 % sisanya mengalami bullying
secara non fisik. Hal yang lebih mengejutkan adalah adanya kecenderungan
para korban bullying berkembang
menjadi pelaku bullying. Dengan
demikian, pencegahan dan penanganan secara dini terhadap permasalahan bullying perlu mendapat perhatian banyak
pihak.
3. Korformitas Mengubah Korban Jadi Pelaku
Seorang pelaku
bullying bisa jadi memiliki riwayat
korban dari kekerasan. Mungkin kekerasannya tidak di sekolah tetapi di rumah
oleh kakak atau orangtua atau tetangganya. Ketika di sekolah, dia mendapatakan
teman yang sama-sama merupakan korban bullying,
kesamaan nasib (adanya konformitas) sehingga secara beramai-ramai merasa
dominan untuk ‘gantian’ melakukan bullying
pada temannya yang lain. Dengan demikian, bisa jadi anaknya tampak pendiam
ketika di rumah (karena takut) tetapi ketika di sekolah justru melakukan bullying (karena merasa kuat).
4. Ciri Korban Bullying
Mereka yang
umumnya menjadi korban bullying karena
dianggap punya kekurangan-kekurangan. Kekurangan tersebut seperti nilai
akademik yang kurang, pendiam, dan mereka yang tampak tidak percaya diri.
Dengan demikian, penanganan bullying sebenarnya
juga dilakukan pada korban dan pelaku atau mereka yang memiliki kecenderungan
akan menjadi korban/pelaku bullying. Dukungan
sosial punya peranan penting untuk membangun kepercayaan diri guna terhindar
dari bullying.
5. Penanganan Bullying
Penanganan bullying tidak hanya ditujukan pada
korbannya tetapi juga pelakunya. Untuk mengatasinya, perlu penanganan secara
komprehensif. Bullying tidak hanya
dilihat sebagai tindak kekerasan oleh pelaku terhadap korban tetapi di dalamnya
ada reward yang menguatkan tindakan bullying, yaitu barang yang didapatkan
pelaku dari korban dan perasaan bangga sebagai superior. Merusak system yang
terjadi dalam bullying adalah konsep
dasar penanganan bullying. Selain
itu, penanganan bullying sudah
seharusnya melibatkan banyak pihak; sekolah, anak, orangtua, dan psikolog. Di
atas semua itu, pencegahan tentulah menjadi hal yang lebih penting dari
mengobati atau menangani sesuatu yang sudah terjadi. Pelatihan-pelatihan pada
anak seperti pelatihan asertif diyakini memberikan dampak positif dalam
mencegah bullying.
Itulah 5
fakta mengejutkan terkait bullying pada
anak-anak. Tentulah hal tersebut perlu menjadi perhatian banyak pihak. Fenomena
bullying ibarat gunung es, dari luar
tampak kecil tetapi di dalamnya sangat komplek. Penanganannya pun perlu dilakukan
secara komprehensif, bukan hanya untuk menangani pelaku dan korban tetapi
mengatasi bullying itu sendiri agar
tidak semakin banyak.
Bacaan Lebih Lanjut:
5. Hidayati, N.2012. Bullying pada Anak: Analisis dan Alternatif Solusi. INSAN, 14(1), 41-48.