Sebut saja “Bunga” (bukan nama sebenarnya). Seorang karyawati swasta di sebuah perusahaan yang sedang dilanda kesedihan karena baru saja diputus oleh pacarnya semenjak dua bulan terakhir. Pikirannya bingung, perasaannya sedih, dan semangat kerjanya menurun. Hubungan dua tahun yang telah dijalin dengan pacarnya tiba-tiba putus begitu saja tanpa ada sebab yang jelas. Cowoknya mengatakan putus dengan entheng melalui sms.
Menurut “Bunga”, cowoknya adalah laki-laki yang baik. Selama
berpacaran, dia selalu diajak untuk berbelanja dan makan. Tentu sebagai seorang
cewek, hal tersebut merupakan sesuatu yang spesial. Shopping, makan enak, jalan-jalan ke tempat yang menyenangkan
merupakan kesukaannya. Sebagai seorang pacar, “Bunga” ingin menunjukkan bahwa
dia juga perhatian dengan cowoknya sampai-sampai hubungan mereka sudah
berlebihan. Untunglah saat cowoknya mengajak hubungan layaknya suami-istri,
“Bunga” menolaknya. Selang beberapa waktu kemudian, “Bunga” diputus oleh cowoknya
tanpa alasan yang jelas.
Kisah “Bunga” hanyalah satu dari realitas yang ada. Ibarat gunung
es, itu hanya ujung gunung es yang tampak hanya satu titik kecil. Jika
ditelusuri dan didalami, realitasnya jauh lebih banyak. Bahkan, ada yang sudah
kebablasan masih pacaran tetapi sudah melakukan hubungan layaknya suami istri.
Bagi seorang cewek, salah satu sebabnya adalah karena kesulitan menolak. Ada
yang berujung; MBA (married by accident) itu
pun rumah tangganya tidak bahagia, ada yang ditinggal cowoknya sedang si cewek
menanggung beban tak terkira, ada yang orangtuanya marah dan tidak menyetujui
hubungan berlanjut, dan masih banyak lagi ujungnya. Dengan demikian, penting
bagi siapa saja untuk mencegah dan menahan diri dari hubungan yang beresiko. Berikut
ini sejumlah tips penting untuk mencegah akibat hubungan yang beresiko:
1. Menjadi
seorang jomblo bukanlah aib
Tidak sedikit orang yang merasa malu dan rendah diri karena
dilabeli sebagai seorang jomblo. Padahal, status jomblo bukanlah aib. Untuk membangun
hubungan rumah tangga yang menyenangkan tidak harus melalui pacaran. Ada banyak
bukti, mereka yang menikah tanpa pacaran tetapi melalui cara ta’aruf, rumah
tangganya bahagia.
Baca: Fakta-fakta Ilmiah Tentang Pernikahan Tanpa Pacaran Terlebih Dahulu (Ta'aruf)
Baca: Fakta-fakta Ilmiah Tentang Pernikahan Tanpa Pacaran Terlebih Dahulu (Ta'aruf)
2. Jika
pacaran untuk saling mengenal, mengapa sampai kebablasan?
Banyak orang yang berpacaran beralasan untuk saling mengenal atau
untuk lebih mengenal pasangannya. “Masak
kita mau menikah dengan orang yang tidak kita kenal?”, begitu argumentasi
retorik yang biasanya diajukan. Memang benar adanya bahwa seseorang perlu untuk
mengenal calon pasangannya sebelum kemudian memutuskan untuk membangun rumah
tangga dengan calonnya tersebut. Namun demikian, perlu diingat bahwa status
pacar tidaklah sama dengan status suami-istri. Jika suami-istri, salah satu
pihak tidak melaksanakan kewajiban, maka pihak yang lain bisa mengajukan
tuntutan secara hukum. Kalau statusnya pacaran dan pacar mengatakan putus
hubungan, apa yang bisa dilakukan?
3. Bukti
cinta bukan berarti mau diajak “ehem..ehem…”
Tidak sedikit cewek yang kesulitan menolak diajak “ehem..ehem…” oleh cowoknya. Lebih-lebih
ketika si cowok yang sudah memberi banyak perhatian meminta bukti cinta dengan
melakukan “ehem…ehem…”. Perlu
dipahami bahwa membuktikan cinta bukan berarti mengikuti setiap ajakan. “Masak diminta njebur ke laut (padahal tidak
bisa berenang), diikuti juga?” Lagi pula, banyak kesempatan membuktikan
cinta ketika sudah menikah. “Jika
benar-benar cinta, temui orangtuaku dan kita menikah”, katakan demikian
pada si cowok.
4. Ada
banyak cowok yang lebih baik
Ada pula cewek yang awalnya strong
menolak diajak “ehem..ehem..”
tetapi karena beranggapan bahwa cowoknya adalah yang terbaik dan paling
mengerti kemudian goyah. Sebelum itu terjadi, pahamilah bahwa ada banyak cowok
yang lebih berkualitas. Seberapa berkualitas pasangan yang seseorang dapatkan
sebanding dengan kualitasnya. Dengan demikian, jaga diri dan terus tingkatkan
kualitas. Saat sudah naik level kualitas diri seseorang, dia akan temukan
orang-orang yang berkualitas pula.
Baca: Inilah Calon Pasangan yang Layak Diperjuangkan. Kalaupun Harus Menunggu, Lakukan Dengan Gembira.
Baca: Inilah Calon Pasangan yang Layak Diperjuangkan. Kalaupun Harus Menunggu, Lakukan Dengan Gembira.
5. Renungkan
kembali tujuan dalam membangun hubungan
Berapa banyak orang yang benar-benar memahami tujuan hidupnya? Ada
banyak orang kehilangan kesempatan dan waktu berharga karena tidak memiliki
orientasi. Salah satunya adalah dalam membangun hubungan. Berapa banyak mereka
yang pacaran nyaris 10 tahun kemudian putus? Ada pula mereka yang barus
hitungan bulan, bahkan minggu tetapi karena sudah memiliki tekad kuat dan
orientasi membangun rumah tangga, mereka menikah dan hidup bahagia. Dengan
demikian, poinnnya bukanlah tentang lamanya mengenal tetapi lebih pada niat
diri dan orientasi untuk membangun rumah tangga. Jadi, jika sudah membangun
hubungan dan mengetahui dia adalah orang baik, mengapa tidak mengajaknya segera
menikah?
6. Pegang kuat prinsip dan nilai moral
Setiap orang tentunya memiliki nilai moral yang jadi pegangan,
terutama adalah agama. Agama manakah yang memperbolehkan hubungan layaknya
suami istri di luar pernikahan? Tidak ada. Setiap agama memberikan tempat
terbaik untuk status rumah tangga dan menyiapkan ritual sakral layaknya sebuah
ibadah. Tegas katakan, “Tidak mau dan
kita putus” jika ada yang mengajak “ehem…ehem…”.
Bukankah itu juga menunjukkan kualitas diri dia? Seolah tampak baik tetapi
ternyata menyimpan maksud tersembunyi.
Itulah sejumlah tips bagi para cewek kalau diajak “ehem…ehem..” oleh cowoknya. Tentulah
setiap cewek yang baik, layak mendapatkan cowok yang baik. Demikian pula, cowok
yang baik layak untuk mendapatkan cewek yang baik. Semoga mereka yang baik
dipertemukan dan disatukan dengan yang baik pula. Aamiin.
*) “ehem..ehem..” = ML