Perkembangan industri maupun organisasi pada dewasa ini telah bertumbuh menjangkau dunia internasional. Dampaknya adalah perusahaan-perusahaan multinasional tersebut pun mempekerjakan para ekpatriat dari negara laing selain pekerja dari penduduk lokal. Di satu sisi, hal tersebut merupakan keuntungan bagi perusahaan untuk semakin memperkaya kehidupan perusahaan, tetapi di sisi lain pun dapat menimbulkan permasalahan adanya friksi antar kelompok, yaitu pekerja asing dan lokal.
Kategorisasi
sosial sebagai suatu komponen dalam pembentukan kelompok sering diidentikan
dengan terjadinya konflik antar kelompok, bukan sebaliknya. Penelitian Leonardelli dan Toh (2011) berusaha untuk menunjukan bahwa kategorisasi
sosial pun dapat menjadi potensi dalam membangun kerja sama antar kelompok
dalam suatu organisasi yang terdiri dari pekerja ekspatriat dan lokal.
Kategorisasi sosial dalam penelitian tersebut
digunakan untuk memberikan bantuan pada kelompok lain yang membutuhkannya. Misalnya,
pemberian bantuan informasi dari karyawan lokal kepada karyawan asing. Hal ini
dianggap karena karyawan lokal cenderung lebih memahami potensi dan persoalan
yang ada pada wilayahnya daripada karyawan asing. Kategorisasi sosial
dihubungkan dengan bentuk keadilan prosedural, yaitu suatu perlakuan yang adil
dari individu (dalam hal ini dari pihak berwenang atau atasan) untuk
memprediksi kemungkinan kerja sama yang terjadi pada suatu organisasi.
Penelitian kuantitatif yang dilakukan dalam dua
bentuk penelitian yang melibatkan tujuh puluh empat karyawan lokal (37 perempuan, 36
laki-laki, dan 1 dari jender yang tidak ditentukan) dari total enam
negara (Amerika Serikat, Kanada, Vietnam,Malaysia, Singapura, dan Jepang) pada penelitian pertama, dan 83 karyawan Amerika Serikat (40 perempuan, 43 laki-laki) pada penelitian kedua.
Secara
umum, penelitian ini menunjukan bahwa perlakuan adil yang diberikan atasan
kepada bawahannya yang multikultural dapat meningkatkan kerja sama yang baik. Sebaliknya
masing-masing kelompok akan memiliki persepsi yang dapat menimbulkan friksi
jika terdapat perlakukan tidak adil dari atasan. Dalam penelitian ini,
perlakuan adil pun akan memfasilitasi munculnya sub identitas untuk pembentukan
identitas ganda bagi tumbuhnya multikultural dalam perusahaan. Kategorisasi
sosial pun dapat memfasilitasi prioritas dalam memberikan transfer sumber daya
atau pemberian bantuan antar kelompok.
Meskipun
begitu sering adanya sikap yang dapat memicu friksi, terutama pada karyawan
lokal. Konsekuensi bagi suatu perusahaan multinasional yang mempekerjakan
karyawan-karyawan dari berbagai negara. Keberadaan ekspatriat dari negara asing
yang memiliki budaya yang berbeda, sering menjadi persoalan dalam perusahaan.
Terutama dalam menyangkut perlakuan adil dari pimpinan perusahaan.
Di
Indonesia misalnya, sering kali karyawan asing dianggap lebih mengetahui
segalanya daripada karyawan lokal. Sehingga perlakuan pimpinan terhadap
karyawan asing sering tidak seimbang dengan karyawan lokal. Padahal tujuan dari
perusahaan dengan melibatkan ekspatriat adalah untuk memperkaya kehidupan
perusahaan yang bergerak secara multinasional, bukan untuk “menjajah” karyawan
lokal. Hal seperti ini yang dapat memicu friksi antar kelompok dalam
perusahaan.
Daftar
Pustaka:
Leonardelli, G.J. & Toh, S.M. (2011). Perceiving
Expatriate Coworkers as Foreigners Encourages Aid: Social Categorization and
Procedural Justice Together Improve Intergroup Cooperation and Dual Identity. Psychological Science, 2011, 22(1), 110 – 117.
*) Penulis: Imam Faisal Hamzah, M.A