A. Pengertian Permasalahan Belajar
Sebelum membahas tentang permasalahan belajar, ada baiknya
terlebih dahulu memahami arti dari belajar itu sendiri. Jika seekor keledai
jatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya, apakah keledai tersebut bisa
disebut belajar? Tentu tidak. Barulah jika keledai tersebut pernah jatuh di
suatu lubang dan dia tidak jatuh pada lubang yang sama, maka keledai tersebut
belajar. Dari gambaran sederhana tersebut bisa diketahui bahwa belajar adalah
proses perubahan perilaku. Indikator dari terjadinya belajar adalah adanya
perubahan perilaku. Indikator tersebut sekaligus membedakan antara belajar
dengan berpikir. Berpikir juga merupakan proses
tetapi tidak selalu menghasilkan perubahan perilaku. Namun demikian,
berpikir dan belajar umumnya terintegrasi sehingga dalam pembelajar ada
indikator kognitif (pikiran), perasaan (sikap), psikomotorik (perilaku).
Seseorang dikatakan belajar jika pengetahuannya meningkat, sikapnya terhadap
objek pembelajaran berubah, dan adanya peningkatan keterampilan. Dari sini pula
bisa kita pahami bahwa yang disebut belajar berupa proses perubahan perilaku.
Perubahan perilaku tersebut tidak disebabkan oleh kematangan, perubahan fisik,
cidera atau perubahan lain non permanen (ngantuk).
Lalu, apa yang dimaksud dengan permasalahan belajar atau problem
dalam belajar? Di dalam konteks ini permasalahan belajar dikaitkan dengan
tujuan, penilaian, dan waktu penguasaan materi yang diajarkan. Seseorang
dikatakan memiliki permasalahan belajar jika ia tidak menguasai materi yang
diajarkan, nilai yang didapatkan di bawah standar kelulusan, dan ia memiliki
waktu lebih lama dalam penguasaan suatu materi. Di sekolah, pembelajaran sudah
disusun sedemikian rupa dalam setiap pertemuan dengan pokok-pokok materi dan
ada evaluasi berupa tes untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa akan
materi yang sudah disampaikan. Dari evaluasi tersebut, mereka yang memiliki
permasalahan belajar diindikasikasikan dari nilai yang didapatkan di bawah
standar minimal kelulusan. Dengan demikian, anak yang memiliki permasalahan belajar
mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran dan butuh bantuan secara
khusus.
B. Jenis-Jenis Permasalahan Belajar
Berikut ini jenis-jenis permasalahan belajar:
1. Kelambanan Dalam Belajar
(Slow Learner)
Kelambanan dalam belajar
merupakan salah satu dari permasalahan belajar. Siswa dengan slow learner problem kesulitan untuk
menangkap dan memahami pelajaran di sekolah. Walaupun diberikan penjelasan
berulang tetap belum bisa memahami dengan baik. Akibatnya, nilai ujian mereka
rendah dan tidak sedikit yang tinggal kelas. Siswa dengan inteligensi rendah
umumnya yang mengalami slow learner
problem. IQ mereka di bawah rata-rata. Jika menggunakan standar tes
Weschler berarti mereka yang IQ nya di
bawah 70 disebut intellectual impairment atau
biasanya di sebut juga Tuna Grahita. Walaupun mereka mengalami kelambanan
belajar di sekolah tetapi bukan berarti tidak ada potensi yang bisa
dikembangkan. Pada ajang Asian Paragames 2018 di Jakarta, salah satu cabang
olahraga yang dipertandingkan adalah untuk mereka dengan IQ di bawah 70. Artinya,
ada peluang untuk pengembangan potensi bagi anak-anak dengan kelambanan
belajar. Dengan demikian, slow learner adalah
permasalahan dimana anak mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami
materi pelajaran karena IQ yang di bawah rata-rata.
2. Pencapaian Belajar Rendah (Underachiever)
Beda dengan slow leaner, anak-anak
underachiever sebenarnya IQ nya cukup
bagus tetapi semangat belajar kurang. Hal tersebut membuat mereka tidak
serius dalam mengikuti pelajaran sehingga kurang menguasai materi pelajaran.
Mereka mengerjakan ujian kurang serius sehingga hasilnya tidak memuaskan atau
di bawah dari hasil yang bisa diraih kalau mereka serius. Dengan demikian, kita
pahami bahwa nilai yang rendah tidaklah cukup untuk menentukan bahwa seorang
siswa tidak pandai. Bisa saja sebenarnya ia pandai dengan melihat potensi IQ
yang baik tetapi kurang semangatnya dalam belajar yang membuat nilainya rendah.
Oleh karena itu, guru dan orangtua perlu untuk memahami bentul apa yang
sebenarnya terjadi dengan siswa sehingga tidak mudah memberikan cap negatif
pada siswa. Dari sini kita mendapat kepemahaman bahwa underachiever adalah permasalahan belajar dimana siswa tidak
mencapai hasil pembelajar yang semestinya mampu ia capai dengan potensi yang
dimiliki.
3. Kesulitan Konsentrasi
dan Hiper Aktif (ADHD)
Attention deficit and hiper
active disorder adalah
permasalahan belajar dimana seseorang kesulitan untuk mempertahankan
konsentrasi dalam pelajaran dan melakukan gerakan aktif di luar kondisi normal.
Ada siswa yang tampak gelisah ketika di kelas, mereka tidak bisa fokus dengan
materi yang diberikan bahkan ada siswa yang justru bergerak kesana-kemari
sampai gurunya kewalahan. Siswa dengan ADHD tidak bisa fokus dalam belajar.
Akibatnya mereka tidak menguasai materi pelajaran sehingga nilainya kurang.
Bagi para guru tentunya akan butuh tenaga ekstra karena umumnya satu kelas
terdiri dari 25-30 anak. Bayangkan saja jika ada satu anak hiper aktif. Di
samping itu, teman-teman yang lain juga akan terganggu dengan perilaku hiper
aktif. ADHD termasuk permasalahan
belajar yang berhubungan dengan emosi. Butuh penanganan khusus agar anak bisa
mengelola emosi dan mempertahankan konsentrasi. Bisa saja sebenarnya mereka
memiliki IQ yang tinggi tetapi tidak mencapai hasil yang baik karena mengalami
kesulitan konsentrasi.
4. Kesulitan Membaca (Disleksia)
Kemampuan membaca memiliki peranan penting dalam pembelajar di
sekolah. Dengan membaca siswa belajar materi yang disampaikan guru. Kesulitan
dalam membaca akan membuat siswa kesulitan memahami materi dan mengerjakan
tuas. Kesulitan dalam membaca disebut dengan disleksia. Siswa dengan disleksia
kesulitan dalam membedakan huruf-huruf yang mirip dan sering terbalik membacanya,
misalnya p dengan b, u dengan n, m dengan w dst. Selain itu, mereka juga
kesulitan dalam perkiraan jarak visual. Gambaran tentang disleksia bisa dilihat
dalam film “Taare Zameen Par” atau biasa dikenal juga “I not stupid” yang mengisahkan seorang anak (Ikhsan
namanya) yang nilai pelajarannya tidak bagus, tidak naik kelas sampai dicap
sebagai anak yang bodoh, melawan, dan bandel. Karena hal-hal tersebut kemudian
Ikhsan dipindahkan sekolahnya dan bertemu dengan guru (Ameer Khan) yang
memahami kondisinya setelah mengumpulkan informasi dari para guru, tugas-tugas
ikhsan, dan orangtua Ikhsan sendiri. Selain bisa memperoleh gambaran yang
banyak tentang disleksia, film tersebut juga menyajikan bagaimana sekolah
memahami permasalahan anak dan melakukan upaya-upaya dalam rangka mengembangkan
potensi anak.
5. Kesulitan Berhitung
(Diskalkulia)
Diskalkulia adalah kesulitan dalam memahami konsep matematika.
Siswa yang kesulitan dengan diskalkulia mendapatkan nilai yang rendah pada
pelajaran matematika. Sebagaimana dipahami bahwa matematika merupakan sebuah
konsep yang semakin tinggi kelasnya akan semakin tidak mudah. Awalnya siswa
haruslah memahami konsep tentang angka, tanda operasional kemudian secara
bertahap di kelas satu mengenal penjumlahan dan pengurungan selanjutnya kelas
dua perkalian dan pembagian sederhana lalu kelas tiga sudah lebih kompleks lagi
sampai persoalan matematika yang dikemas dalam soal cerita. Penguasaan akan
konsep dasar dan konsep sebelumnya akan menentukan dalam mempelajari konsep
dasar berikutnya. Olehkarena itu, perlu dicermati apakah nilai yang kurang dari
pelajaran matematika karena diskalkulia atau kekomplekan dari persoalan
matematika dalam pelajaran.
6. Kesulitan Menulis (Disgrafia)
Disgrafia adalah kesulitan dalam menulis. Menulis membutuhkan
koordinasi motorik, visual, dan pikiran. Mereka yang mengalami disgrafia
kesulitan dalam koordinasi tersebut sehingga tulisannya salah atau tidak bagus.
Pada awal-awal sekolah, kegiatan menulis berupa menyalin pelajaran kemudian
mencatat selanjutnya mengerjakan tugas secara tertulis. Siswa yang mengalami
disgrafia tampak kurang bersemangat, tidak menyukai pelajaran menulis, dan
mudah bosan. Kurang semangatnya siswa sebagai akibat dari rasa tidak mampu
dalam menulis. Sebagai pendidik perlu untuk memahami hal demikian sehingga bisa
memberikan solusi yang tepat. Siswa dengan disgrafia perlu untuk didampingi.
Sebelum pelajaran tentang menulis dilakukan adalah berlatih koordinasi antara
visual, motorik, dan pikiran.
C. Pendidikan Bagi Anak dengan Permasalahan
Belajar
a. Asesmen Permasalahan Belajar
Kesulitan belajar mestilah dilihat secara spesifik karena bisa
saja gejala mirip tetapi permasalahnya ternyata lain. Misalnya siswa tampak
tidak bersemangat, nilai pelajaran rendah tetapi permasalahan belajar yang
dialami bisa karena slow learner atau
underachiever. Oleh karena itu, perlu pengumpulan
data yang cukup untuk bisa menentukan jenis permasalahan belajar yang dihadapi
siswa. Sekolah bisa bekerjasama dengan psikologi untuk bisa melakukan
penanganan dengan baik. Guru dan orangtua bisa menjadi sumber informasi yang
bagus untuk mengetahui riwayat permasalahan siswa. Observasi dan psikotes juga
bisa dilakukan untuk mendapatkan data. Dengan demikian, data yang diperoleh
akan lebih komprehensif untuk membuat diagnosis.
b. Intervensi Psikologis
Siswa dengan kesulitan belajar butuh penanganan secara
profesional. Seorang guru kiranya perlu untuk memahami permasalahan belajar
yang dialami siswa dan melakukan bimbingan. Ada sekolah inklusi yang menerima
siswa yang berkebutuhan khusus dan juga siswa yang normal. Para siswa berada
dalam satu kelas atau bercampur. Bagi siswa yang berkebutuhan khusus ada
pendamping selama di kelas. Dengan demikian, ketika di kelas ada proses
pembelajaran sekaligus proses terapi yang dilakukan. Walaupun sekolah inklusi
tergolong tidak banyak tetapi kehadirannya disambut antusias oleh beragam
pihak. Ada pula sekolah untuk mereka yang berkebutuhan khusus. Umumnya sekolah
yang demikian kewalahan dalam menerima siswa karena minimnya tenaga
profesional. Di sinilah kita memahami bahwa selain keterampilan pengajaran,
keterampilan bidang juga perlu menguasai keterampilan theraupetic ketika di kelas.
Demikian permasalahan belajar, jenis permasalahan belajar, dan pendidikan
bagi anak dengan permasalahan belajar. Permasalahan belajar menunjukkan adanya
kesulitan dalam mencapai standar minimum dalam pembelajaran. Permasalahan
belajar yang dibahas antara lain slow
learner, underachiever, ADHD, disleksi, diskalkulia, dan disgrafi.
Masing-masing membutuhkan penanganan secara khusus untuk bisa mengatasi
permasalahan yang dialami. Semoga bermanfaat.